Assalamu'alaikum WW
Wahai para sahabat yang mulia
Selain teknologi pengolah kata, di DJJ Online Komputer ini diselipkan juga materi pengolah angka. Kata orang-orang sih, materinya masih sederhana. Namun tidak bagi saya. Aplikasi pengolah angka ini cukup menantang dan perlu dicerna dengan baik. Apalagi yang berkaitan dengan rumus-rumus, perlu pemahaman yang mendalam tentang logika dan membahasakan ke dalam bahasa perintah di komputer.
Terlepas dari itu semua, saya bersyukur bisa lebih akrab atau lebih tepatnya diakrabkan dengan aplikasi pengolah kata melalui DJJ Online ini. Saya mencoba berbagai fungsi dan formula yang diperkenalkan. Alhamdulillah, lumayan nambah pengetahuan saya.
Penasaran kan ingin mengakses hasil tugas saya? Mungkin tidak ya!!! Saya mah apah atuh! Tapi, tidak ada salahnya juga saya mengeshare hasil tugas saya di KB 4 ini. Untuk melihatnya, silakan klik di sini!
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membacanya. Bila ada komentar, silakan posting ya....!!!
Wassalam.
Selasa, 31 Juli 2018
Senin, 30 Juli 2018
Sharing DJJ KB 3: Bukan Sekedar Ketikan Biasa
Assalamu'alaikum WW
Sahabatku Yang Berbahagia,
Sesuai dengan yang tertera di Silabus DJJ Online Komputer, pada KB 3 ini saya dibawa untuk memperdalam kecanggihan komputer dalam hal mengolah huruf. Awalnya, saya mengira biasa saja, maklum saya sudah biasa mengetik menggunakan software microsoft word. Dari zaman kuliah dulu, 19 tahun yang lalu. Tetapi, setelah saya memulainya, ada hal yang baru yang saya ketahui.
Saya sudah biasa mengoperasikan Word, dengan menggunakan fitur-fitur yang tersedia. Bahkan saya suka "ngakalin" secara manual, agar hasil ketikan sesuai dengan yang saya mau. Ternyata oh ternyata, canggih benar yach software itu... Banyak cara yang secara otomatis, hanya dengan mengklik tools yang ada, untuk mengatur ketikan agar lebih rapi dan lebih cepat serta serba otomatis. (hehe... baru nyadar).
Di KB 3 ini saya ditugaskan mengetik contoh "Surat Keputusan" dan contoh "Daftar Isi" buku. Saya sampai berkali-kali memperbaiki tugas, karena pada hasil ketikan saya masih ditemukan pengetikan model "ngakalin", bukan hasil perintah otomatis komputer (jadi malu saya)...
Barangkali ada yang memerlukan hasil tugas KB 3 saya? Silakan Klik di Sini, lumayan bisa buat template! (hehe).... Ini bukan sekedar ketikan biasa, tapi hasil pengolahan yang serba otomatis...tis..tis..tis.
Wassalam.
Sahabatku Yang Berbahagia,
Sesuai dengan yang tertera di Silabus DJJ Online Komputer, pada KB 3 ini saya dibawa untuk memperdalam kecanggihan komputer dalam hal mengolah huruf. Awalnya, saya mengira biasa saja, maklum saya sudah biasa mengetik menggunakan software microsoft word. Dari zaman kuliah dulu, 19 tahun yang lalu. Tetapi, setelah saya memulainya, ada hal yang baru yang saya ketahui.
Saya sudah biasa mengoperasikan Word, dengan menggunakan fitur-fitur yang tersedia. Bahkan saya suka "ngakalin" secara manual, agar hasil ketikan sesuai dengan yang saya mau. Ternyata oh ternyata, canggih benar yach software itu... Banyak cara yang secara otomatis, hanya dengan mengklik tools yang ada, untuk mengatur ketikan agar lebih rapi dan lebih cepat serta serba otomatis. (hehe... baru nyadar).
Di KB 3 ini saya ditugaskan mengetik contoh "Surat Keputusan" dan contoh "Daftar Isi" buku. Saya sampai berkali-kali memperbaiki tugas, karena pada hasil ketikan saya masih ditemukan pengetikan model "ngakalin", bukan hasil perintah otomatis komputer (jadi malu saya)...
Barangkali ada yang memerlukan hasil tugas KB 3 saya? Silakan Klik di Sini, lumayan bisa buat template! (hehe).... Ini bukan sekedar ketikan biasa, tapi hasil pengolahan yang serba otomatis...tis..tis..tis.
Wassalam.
Sharing DJJ KB 2: Mengenali Diri Komputer Sendiri
Assalamu'alaikum WW
Hai Sobat, kembali lagi saya akan berbagi pengalaman dari kegiatan DJJ Online Komputer yang saya ikuti di Balai Diklat Keagamaan Jakarta, mulai Maret 2018 lalu.
Tahu gak, ternyata masuk ke Kegiatan Belajar 2, jauh lebih menantang lagi. Saya dibawa untuk mengenali jati diri Komputer (tepatnya Laptop) saya sendiri. Betul juga yach, bertahun-tahun saya bawa ke mana-mana tuh Laptop, eh ternyata saya ga tahu dalamannya. Alhamdulillah, pengalaman dari DJJ KB 2 ini membuat saya tahu spek laptop yang saya pakai, mulai dari hardware sampai dengan software. Biasanya sih saya tahu makai saja....
Di samping itu, saya juga dipaksa untuk mengetahui berbagai hardware dan software untuk berbagai kepentingan mendasar, yang dekat dengan dunia kerjaan saya.
Ini dia nih sobat isi laptop saya dan juga hardware dan software untuk kepentingan kantor dan presentasi. Klik di sini!
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengakses blog saya...
Wassalam.
Hai Sobat, kembali lagi saya akan berbagi pengalaman dari kegiatan DJJ Online Komputer yang saya ikuti di Balai Diklat Keagamaan Jakarta, mulai Maret 2018 lalu.
Tahu gak, ternyata masuk ke Kegiatan Belajar 2, jauh lebih menantang lagi. Saya dibawa untuk mengenali jati diri Komputer (tepatnya Laptop) saya sendiri. Betul juga yach, bertahun-tahun saya bawa ke mana-mana tuh Laptop, eh ternyata saya ga tahu dalamannya. Alhamdulillah, pengalaman dari DJJ KB 2 ini membuat saya tahu spek laptop yang saya pakai, mulai dari hardware sampai dengan software. Biasanya sih saya tahu makai saja....
Di samping itu, saya juga dipaksa untuk mengetahui berbagai hardware dan software untuk berbagai kepentingan mendasar, yang dekat dengan dunia kerjaan saya.
Ini dia nih sobat isi laptop saya dan juga hardware dan software untuk kepentingan kantor dan presentasi. Klik di sini!
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengakses blog saya...
Wassalam.
Sharing DJJ KB 1: Komputer, Meski Sering Bergelut Dengannya, Nyatanya Saya Baru Berkenalan
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Salah satu hal yang menarik dari DJJ ini, saya ditugaskan untuk menulis tentang "Konsep Dasar Komputer dan Perkembangannya". Agar tulisan tersebut lebih bermanfaat, saya persilakan Saudara untuk mengaksesnya melalui tautan berikut: http://gg.gg/konsep_dasar_komputer_dan_perkembangannya
Teman-teman sejawatku yang berbahagia!
Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi cerita tentang pengalamanku mengikuti DJJ Online Komputer yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan Jakarta, mulai Maret 2018.
Komputer, sebenarnya barang yang sudah familiar dalam keseharianku. Pekerjaanku tak lepas darinya. Bahkan, mungkin pekerjaanku tak akan tuntas tanpa adanya alat yang satu ini. Namun, jujur sejujur-jujurnya, baru kali ini saya dipaksa untuk mengenali lebih jauh tentang komputer. (meski baru kenal kulitnya saja, hehe). Saya jadi tahu asal-usulnya, organ tubuhnya, sampai kecanggihannya. Terima kasih Ya Allah atas kesempatan yang Engkau berikan ini. Terima kasih juga untuk Tutor dan Admin yang dengan sangat sabar membimbing saya dalam kegiatan DJJ ini.
Atau silakan klik di sini, untuk mendowloadnya.
Terima kasih.
Rabu, 25 Juli 2018
Sikap Bijak Terhadap Medsos
Dunia terus berkembang, termasuk cara berkomunikasi
kita. Dulu banyak orang harus menempuh jarak yang jauh untuk bisa
bercakap-cakap dengan orang lain di luar daerah. Sekarang, teknologi
memfasilitasi umat manusia untuk kian mudah menjalin komunikasi hanya melalui
perangkat di genggaman tangan, yakni handphone. Situasi ini melanda hampir
semua orang di berbagai belahan dunia, tak pandang agama, wilayah geografis,
suku, ras, dan etnis.
Kehadiran media sosial kian mempermudah lagi. Dalam
hitungan detik kita sudah bisa berinteraksi dan berkirim pesan melalui tulisan,
suara, gambar, bahkan video ke orang di belahan dunia lain. Luas bumi yang
mencapai lebih dari setengah miliar kilometer persegi seolah mengkerut.
Informasi beredar secara instan, kehidupan sosial banyak bergeser ke dunia
maya, dan sebagian orang bahkan rela menghabiskan separuh waktunya untuk
berselancar di internet atau media sosial.
Kita seyogianya
memosisikan media sosial tak lebih dari sekadar alat, bukan tujuan. Media
sosial sebagai wasîlah, bukan ghâyah. Kenapa? Sebagaimana pisau yang bermanfaat
bila digunakan memasak dan merugikan bila dipakai melukai orang lain, begitu
pula media sosial. Dalam dirinya terkandung potensi positif tapi sekaligus
negatif.
Semakin meningkatnya pengguna media sosial dari hari
ke hari tak menjamin semakin berkualitas dari segi pemanfaatannya. Banyak kita
jumpai media sosial menjadi ajang pamer (riya') amal kebaikan—usaha mencari
citra kesalehan di mata masyarakat. Dari sini kita secara tak langsung
menggeser maksud ibadah yang semestinya untuk Allah menjadi untuk popularitas
dan kebanggaan diri.
Media sosial juga kerap menjadi arena caci-maki
antarkelompok yang berbeda agama, aliran, pandangan politik, dan sejenisnya.
Tak jarang media sosial disesaki debat kusir saling menjatuhkan, ghibah
(gosip), fitnah, berita bohong, hingga peningkatan jumlah musuh-musuh baru.
Hanya berbekal jari tangan dan pikiran keruh dalam sekejam kita sudah membuat
mudarat bagi pihak lain. Padahal dalam hadits shahih disebutkan bahwa di antara
karakter seorang Muslim adalah mampu menjamin saudaranya dari malapetaka tangan
dan lisannya.
المُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang Muslim adalah orang yang tidak melukai
saudara Muslim lainnya baik dengan lisan dan tangannya,
Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali dalam kitab
Bidâyatul Hidâyah menjelaskan bahwa lisan manusia terdiri dari dua jenis, yakni
lidah yang berada di dalam mulut dan lidah berupa qalam (pena). Tulisan
memiliki fungsi yang mirip dengan pembicaraan. Qalam dalam konteks hari ini
bisa diidentikkan dengan media sosial yang memiliki peran yang sama, yakni
memproduksi tulisan yang pengaruhnya bisa negatif maupun positif. Dengan
demikian, sikap bijak kita terhadap media sosial termasuk ikhtiar kita untuk
menjadi Muslim yang baik sebagaimana hadits di atas.
Yang paling rentan dilupakan saat bermedia sosial
adalah betapa berharganya waktu. Berbagai kemudahan yang disediakan sering
membuat pengguna berselancar berjam-jam melewati batas kebutuhan semestinya.
Orang kadang tak hanya bertegur sapa dengan sesama atau publikasi aktivitas di
medsos, tapi juga sampai pada kegiatan-kegiatan mubazir bahkan maksiat.
Saat seseorang terlalu tergantung pada media sosial,
pertanyaan penting yang perlu disodorkan adalah siapa yang sesungguhnya lebih
berkuasa: media sosial atau manusianya? Manusia dianugerahi akal sehat, hati
nurani, yang memungkinkan dia berlaku bijaksana. Sebagaimana perangkat dunia
lainnya, tak seharusnya manusia diperbudak media sosial, justru semestinya ia
mengendalikannya.
Sebagai wasîlah, media sosial juga merupakan
perantara bagi banyak sekali hal baik. Melalui media sosial, seseorang dengan
mudah bersilaturahim dengan orang lain yang di dunia nyata terkendala jarak
geografis. Media sosial punya fungsi mempersatukan yang semula terpisah,
memberi ruang komunikasi yang semula tanpa kabar.
Fungsi positif lain dari media sosial adalah menjadi
alat yang bagus untuk mendistribusikan pesan kebaikan secara luas dengan mudah.
Kita dengan mudah membagikan informasi, misalnya, soal cara mendidik buah hati,
tips hidup sehat, atau wawasan bermanfaat lain, hingga menjadikan media sosial
sebagai media syiar yang memberi pendidikan kepada publik tentang nilai-nilai
Islam yang mencerahkan, rahmatan lil ‘alamin.
Surat al Maidah ayat 35 menyebutkan:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kalian kepada Allah dan carilah wasîlah yang mendekatkan diri kepada-Nya dan
berjihadlah pada jalan-Nya supaya kalian mendapat keberuntungan".
Wasîlah dalam konteks ini bisa kita perluas
pengertiannya mencakup berbagai jalan, mekanisme, atau sarana yang bermanfaat
bagi kebaikan, terutama untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah subhânahu
wata‘alâ. Jika media sosial adalah wasîlah, maka ghâyah-nya adalah Allah
subhânahu wata‘âlâ.
Sekali lagi, fungsi positif media sosial tersebut
bisa maksimal kita realisasikan ketika kitalah yang benar-benar menguasai media
sosial, bukan dikuasai. Medsos hanya menjadi elemen sekunder bagi aktivitas
kebaikan, bukan sebaliknya medsos mendorong kita untuk terperosok pada
perbuatan sia-sia, atau bahkan merugikan.
Melalui paparan ini, dapat disimpulkan bahwa
setidaknya ada dua sikap dalam merespon kehadiran media sosial. Pertama,
menyadari betul bahwa ia tak lebih dari sebatas wasîlah, perantaran atau alat.
Kesadaran ini akan mendorong kita untuk tidak terbuai dengan medsos itu
sendiri, melainkan pada apa tujuan pokok penggunaan perangkat dunia maya ini.
Kedua, menjadiannya sebagai sarana yang tak hanya
baik tapi juga bermanfaat. Tak menimbulkan kemudaratan kepada pihak lain
melalui media sosial adalah sesuatu yang baik. Tapi akan lebih baik lagi bila
media sosial memberikan faedah bagi orang lain lewat konten-konten yang kita
suguhkan. Bukankah “khairunnâs anfa‘uhum lin nâs” (sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya).
Langganan:
Postingan (Atom)